Dongeng dari Anak Puisi (Dongeng Harian Penulis)
#A
Siang itu aku berada di teras tanpa baju. Langit muram. Petir mengelegar-gelegar.
Sebuah siang yang kelam. Tak berselang kemudian hujan turun berdesakkan dengan kilatan-kilatan serpihan halilintar. Aku sendiri.
Lupa membawa payung.
#B
Siang pun semakin hitam. Lebat hujan menancapkan jarum-jarum runcingnya pada kulit
bumi. Aku tak berani untuk beranjak. Meninggalkan romantisme teras bersama dongengan-dongengan harian. Aku takut basah. Aku
takut dongengan-dongengan harianku kuyup. Aku nyeri untuk membiarkan punggungku yang telanjang ditikam runcing jarum-jarum
hujan.
#C
Aku tak berani untuk membuka halaman lain. Aku masih terkesima di bawah teras pada
siang yang hitam. Aku…
#D
Ketakutan pada siang yang hitam ketika aku berada di teras tanpa baju itulah serupa
benar ketakutanku untuk terus menuju ke halaman-halaman lain dongengan-dongengan harianku. Seorang perempuan yang mungil yang
manis tiba-tiba menghampiriku. Ia mengajakku berpayung berdua. Mendorong kepercayaanku untuk terus menuju ke halaman-halaman
lain dongengan-dongengan harianku. Percaya diriku tumbuh. Keberanianku bertunas. Aku pun berhasil mengunjungi tiap-tiap halaman
dongengan-dongengan harianku yang selama ini acak pada sebuah laci kesenyapan di kepalaku.
#E
Seandainya ketika pada siang yang hitam ketika aku berada di teras tanpa baju tak
ada seorang perempuan yang mungil yang manis mengajakku berpayung berdua, mungkin sebuah buku ini tak akan lahir. Sebab aku
masih merinding berhujan-hujan tanpa baju. Sebab perempuan itu yang menyelamatkan dongengan-dongengan harianku dari kuyub.
#F
Halaman-halaman pada buku ini hanya sekedar dongengan-dongengan harian. Anda tak
perlu berpikir ulang untuk menafsirkan makna dongengan-dongengan harian ini pada tiap-tiap halamannya. Ini bukanlah kitab
suci. Yang memuat dongengan-dongengan suci. Yang segala isi dan maknanya harus anda patuhi.
#G
Sekali lagi Dongeng dari Anak Puisi ini hanya berisi halaman-halaman dongengan-dongengan
harian. Yang tak harus membuat anda kecanduan untuk membolak-balik halaman-halamannya. Terserah anda. Akan anda senggamai
atau dengan segera menyirnakannya. Satu yang tentu aku masih punya banyak prosa dan puisi. Yang mau bisa masuk ke kamarku…
Semarang, dalam malam ketika petir-petir ide liar menggelegar.
Salam,