b.u.m.i.p.r.o.s.a

buku

grha
teater
aku
jaringan
buku
bumifiksi
bumipuisi
kontak
lumbung
album

Open Book, Spinning

Ketika Senyap Menghunuskan Belati Sepinya

Judul:
Ketika Senyap Menusukkan Belati Sepinya
(Kumpulan Cerpen)
Penulis:
Heroe Prasetyo
Terbit:
Cetakan I, September 2005
Penerbit:
- www.bumiprosa.tk
-Teras Pustaka
Tebal:
x + 118 hal
Ukuran:
11 x 18 cm

semua nama, tempat, dan peristiwa dalam sebuku kecil ini adalah fiktif belaka.
apabila ada persamaan, tempat, dan peristiwa yang tertera pada tiap-tiap pupuhnya, itu unsur kesengajaan dari penulis.
 
salam,

cover.jpg
Cover: Ketika Senyap Menghunuskan Belati Sepinya

Menu Cerpen:
 
Pupuh Satu:
- Ketika Senyap Menghunuskan Belati Sepinya
- Ketika Tuhan Tak Akan Pernah Menjawab
Pupuh Dua:
- Hawa; Aku Rindu Jarijemari Lentik Gandari
- Aku bergetar, kaku, membatu. Runtuh.
- Sepi; Aku Ingin membunuhnya
- Kisah Drama Asmara Nan Sendu
- Negeri Lelaki
- Perempuan; Biografi dalam Kantong Plastik
Pupuh Tiga:
- Tentang Seorang Ibu Yang Telah menata Pagi Untukku
- Aku Menjelama Rahwana
- Teaterikalisasi Kebiadaban
- Mencari Tuhan
- Bhatara Ganjja

Dongeng dari Anak Puisi

Judul:
Dongeng dari Anak Puisi
(Kumpulan Puisi)
Penulis:
Heroe Prasetyo
Terbit:
Cetakan I, September 2005
Penerbit:
-Teras Pustaka
Tebal:
x + 38 hal
Ukuran:
14 x 21 cm

Dongeng dari Anak Puisi (Dongeng Harian Penulis)

#A

Siang itu aku berada di teras tanpa baju. Langit muram. Petir mengelegar-gelegar. Sebuah siang yang kelam. Tak berselang kemudian hujan turun berdesakkan dengan kilatan-kilatan serpihan halilintar. Aku sendiri. Lupa membawa payung.

#B

Siang pun semakin hitam. Lebat hujan menancapkan jarum-jarum runcingnya pada kulit bumi. Aku tak berani untuk beranjak. Meninggalkan romantisme teras bersama dongengan-dongengan harian. Aku takut basah. Aku takut dongengan-dongengan harianku kuyup. Aku nyeri untuk membiarkan punggungku yang telanjang ditikam runcing jarum-jarum hujan.

#C

Aku tak berani untuk membuka halaman lain. Aku masih terkesima di bawah teras pada siang yang hitam. Aku…

#D

Ketakutan pada siang yang hitam ketika aku berada di teras tanpa baju itulah serupa benar ketakutanku untuk terus menuju ke halaman-halaman lain dongengan-dongengan harianku. Seorang perempuan yang mungil yang manis tiba-tiba menghampiriku. Ia mengajakku berpayung berdua. Mendorong kepercayaanku untuk terus menuju ke halaman-halaman lain dongengan-dongengan harianku. Percaya diriku tumbuh. Keberanianku bertunas. Aku pun berhasil mengunjungi tiap-tiap halaman dongengan-dongengan harianku yang selama ini acak pada sebuah laci kesenyapan di kepalaku.

#E

Seandainya ketika pada siang yang hitam ketika aku berada di teras tanpa baju tak ada seorang perempuan yang mungil yang manis mengajakku berpayung berdua, mungkin sebuah buku ini tak akan lahir. Sebab aku masih merinding berhujan-hujan tanpa baju. Sebab perempuan itu yang menyelamatkan dongengan-dongengan harianku dari kuyub.

#F

Halaman-halaman pada buku ini hanya sekedar dongengan-dongengan harian. Anda tak perlu berpikir ulang untuk menafsirkan makna dongengan-dongengan harian ini pada tiap-tiap halamannya. Ini bukanlah kitab suci. Yang memuat dongengan-dongengan suci. Yang segala isi dan maknanya harus anda patuhi.

#G

Sekali lagi Dongeng dari Anak Puisi ini hanya berisi halaman-halaman dongengan-dongengan harian. Yang tak harus membuat anda kecanduan untuk membolak-balik halaman-halamannya. Terserah anda. Akan anda senggamai atau dengan segera menyirnakannya. Satu yang tentu aku masih punya banyak prosa dan puisi. Yang mau bisa masuk ke kamarku…

Semarang, dalam malam ketika petir-petir ide liar menggelegar.

Salam,

dongeng.jpg
Cover: Dongeng dari Anak Puisi

Daftar Isi:

Selamat Pagi - Erang Bengawan Silugangga - Mata Dadu - Yang Pasti tak Mungkin Terhindari - Mohon Maaf - Lengkingan Yang Menyayat - Ular, Hawa, dan Adam - Kota tak Berpahala - Perayaan Kematian Bumi - Kulminasi Kebiadaban - Vonis - Lagu dari Dapur  - Kau Tahu Mengapa... - Ibu dalam Tsunami - Ketika Seekor Coro Selalu Terinjak - Dongeng dari Anak Puisi - Tentang Kesepian - Aku tak Mau Apaapa - Lutung Kasarung - Degub Jantung Cintamu Yang Memburu - Menghipnotis Hujan - Wajah diantara Bulirbulir Padi - Kerapkali Kutulis Puisi - Seperti Itulah Aku Menunggumu - Jangan Macam-Macam! Yang Penting Makan! - Menyeru Bayu - Koran Pagi - Narsistis - Jangan Mainmain dengan Puisi(Mu) - Bulan Yang Kalah - Selamat Malam

Pine Wood Spinning Space Station

@Heroe Prasetyo 2005

Click here to join bloggerians
Click to join bloggerians

Scrolling Text